Kamis, 10 September 2015

Fungsi Beranda atau home pada verval peserta didik | Tutorial Verval PD


KONSEP DASAR MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT

KONSEP DASAR MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT


Dunia pendidikan termasuk yang paling diuntungkan dari kemajuan TI karena memperoleh manfaat yang luar biasa. Mulai dari eksplorasi materi-materi pembelajaran berkualitas seperti literatur, jurnal, dan buku, membangun forum-forum diskusi ilmiah, sampai konsultasi/diskusi dengan para pakar di dunia, semua itu dapat dengan mudah dilakukan dan tanpa mengalami sekat-sekat karena setiap individu dapat melakukannya sendiri. Dampak yang sedemikian luas tersebut telah memberikan warna atau wajah baru dalam sistem pendidikan dunia, yang dikenal dengan berbagai istilah e-learning, distance learning,online learningweb based learningcomputer-based learning, dan virtual class room, di mana semua terminologi tersebut mengacu pada pengertian yang sama yakni pendidikan berbasis teknologi informasi.
Bagi negara-negara maju, pendidikan berbasis TI bukan hal yang baru lagi. Mereka telah terlebih dulu dan lebih maju dalam menerapkan berbagai teknik dan model pendidikan berbasis TI. Indonesia sebagai pemula dalam menerapkan sistem ini tentu punya kesempatan berharga untuk belajar banyak atas keberhasilan dan kegagalan mereka sehingga penerapan pendidikan berbasis TI di Indonesia menjadi lebih terarah. Pemerintah Indonesia sudah termasuk cepat dalam menanggapi kebutuhan dunia pendidikan terhadap TI. Sebagai contoh, pada pendidikan tinggi (kampus), ketersediaan internet kini semakin meluas, mulai tersedia teknologi video conference, yang semuanya itu memberikan penguatan pada proses belajar mengajar dikampus.
1. Pengertian Media Pembelajaran Berbasis ICT
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke–21usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
Sedangkan media Pembelajaran berbasis ICT adalah alat yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi. Dalam sistem ini interaksi antara pengajar (guru) dan peserta (murid) ajar tidak harus saling bertatap muka (bertemu) secara fisik seperti halnya dalam sistem pendidikan konvensional, mereka bertemu dalam ruang teknologi informasi (internet) dengan memanfaatkan suatu media yang disebut komputer.
Beberapa media yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis ICT, adalah:

a. Internet
Internet adalah media sesungguhnya dalam pendidikan berbasis TI, karena perkembangan internet kemudian muncul model-model e-learning, distance learning, web base learning, dan istilah pendidikan berbasis TI lainnya. Internet merupakan jaringan komputer global yang mempermudah, mempercepat akses dan distribusi informasi dan pengetahuan (materi pembelajaran) sehingga materi dalam proses belajar mengajar selalu dapat diperbaharui. Sudah seharusnya dalam penerapan pendidikan berbasis TI tersedia akses internet.
Saat ini wilayah Indonesia yang terjangkau jaringan internet semakin meluas hal ini sebagai dampak dari perkembangan yang pesat dari jaringan telekomunikasi. Mulai dari jaringan telpon rumah/kantor, jaringan Speedy telkom, leased line ISP, sampai dengan komunikasi melalui GPRS, 3G, HSDPA dengan memanfaatan  modem GSM dan CDMA dari provider seluler adalah sederetan teknologi yang dapat digunakan untuk akses internet. Dengan kata lain, saat ini tersedia banyak pilihan teknologi untuk melakukan koneksi pada jaringan global.
Menurut Haughey, (1998) dalam Suhariyanto, mengungkapkan bahwa pemanfaatan internet dalam media pembelajaran dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu :
1)    Web Course, yaitu:
Penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, dimana seluruh bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet. Bentuk ini tidak memerlukan tatap muka baik untuk pembelajaran maupun evaluasi dan ujian. Proses pembelajaran sepenuhnya dilakukan melalui penggunaan e-mail, chat rooms, bulletin boarddan online conference. Bentuk ini juga biasa digunakan untuk pembelajaran jarak jauh (distance education/learning). Aplikasi bentuk ini antara lain Virtualcampus/university.
2) Web Centric Course, yaitu:
Sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka. Dalam bentuk ini presentasi tatap muka lebih sedikit dibandingkan penggunaan internet. Pusat kegiatan pembelajaran bergeser dari kegiatan kelas melalui kegiatan melalui internet. Sama dengan web coursesiswa dan guru terpisah, tetapi pada waktu-waktu yang telah ditetapkan mereka bertatap muka. Bentuk ini banyak diterapkan diperguruantinggi-perguruan tinggi yang menerapkan sistem belajar off campus.
3)    Web Enhanced Course, yaitu
Pemanfaatan internet untuk pendidikan, untuk menunjang peningkatan kualitas kegiatan pembelajaran di kelas. Bentuk ini juga dikenal dengan istilah web lite course, karena kegiatan pembelajaran utama adalah tatap muka di kelas. Bentuk ini lebih dominan kegiatan tatap muka dibanding penggunaan internet sebagai media pembelajaran. Bentuk ini dirujuk sebagai langkah awal untuk menyelenggarakan pembelajaran berbasis internet, sebelum menyelenggarakan pembelajaran dengan internet secara lebih kompleks.
b. Intranet
Apabila penyediaan infrastruktur internet mengalami suatu hambatan, maka intranet dapat dijadikan alternatif sebagai media pendidikan berbasis TI. Karakteristik intranet hampir sama dengan internet, hanya saja untuk area lokal (dalam suatu kelas, sekolah, gedung, atau antar gedung). Model-model pembelajaran sinkron dan tidak sinkron dapat dengan mudah dan lebih murah dijalankan pada intranet. Menurut penulis, pada kondisi-kondisi tertentu intranet justru dapat menjadi pilihan tepat dalam menerapkan pendidikan berbasis TI.
c. Mobile Phone
Pembelajaran berbasis TI juga dapat dilakukan dengan menggunakan media telpon seluler, hal ini dapat dilakukan karena kemajuan teknologi telpon seluler yang pesat. Seseorang bisa mengakses materi pembelajaran, mengikuti pembelajaran melalui telpon seluler. Begitu canggihnya perkembangan teknologi ini sampai memunculkan istilah baru dalam pembelajaran berbasis TI yang disebut M-learning(mobile learning).

d. CD-ROM/Flash Disk
Media CD-ROM atau flash disk dapat menjadi pilihan apabila koneksi jaringan internet/intranet tidak tersedia. Materi pembelajaran disimpan dalam media tersebut, kemudian dibuka pada suatu komputer. Pemanfaatan media CD-ROM/flash disk merupakan bentuk pembelajaran berbasis TI yang paling sederhana dan paling murah.
 
2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran Berbasis ICT
Internet and Communication Technology (ICT) memilliki tiga fungsi utama yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu (1) teknologi berfungsi sebagai alat (tools), untuk membantupembelajaran, misalnya dalam mengolah kata, 2) Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan(science), (3) Teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran(literacy).Dalam hal ini teknologi dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untukmenguasai sebuah kompetensi berbantuan komputer. Dalam hal ini posisi teknologi tidakubahnya sebagai guru yang berfungsi sebagai: fasilitator, motivator,transmitter, dan evaluator.Sebagai bagian dari pembelajaran, teknologi/ICT memiliki tiga kedudukan, yaitu sebagaisuplemen, komplemen, dan substitusi (Riyana, 2008).
Encyclopedia of Educational Research dalam Hamalik (1994:15) merinci tentangfungsi media pembelajaran sebagai berikut:
1.      Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir
2.      Memperbesar perhatian siswa.
3.      Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar
4.      Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.
5.      Menumbuhkan pemikiran  yang teratur dan kontinyu
6.      Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
7.      Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Sudjana dan Rivai (1992;2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalamproses belajar siswa, yaitu:
1.      Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa hingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2.      Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
3.      Metode mengajar akan lebih bervariasi , tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan mengajar pada setiap jam pelajaran.
4.      Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Moldstad (dalam Harsya W Bachtiar, 1984) menyatakan bahwa media pembelajaran berbasis ICT dalam proses pembelajaran akan dapat menimbulkan kondisi-kondisi positif, seperti :
  1. Belajar lebih banyak terjadi jika media diintegrasikan dengan program instruksional yang tradisional.
  2. Jumlah belajar yang setara sering dapat tercapai dalam waktu yang lebih singkat dengan menggunakan teknologi instruksional.
  3. Program instruksional dengan menggunakan berbagai media yang didasarkan pada suatu pendekatan sistem, seringkali memudahkan siswa dalam belajar secara lebih efektif.
  4. Program-program multimedia dan atau tutorial audio untuk pembelajaran biasanya lebih disukai siswa bila dibandingkan dengan pengajaran tradisional.

Pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi

Pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi

Bambang Sukiono
Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Abstrak

Sistem pendidikan dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di masyarakat, sebaliknya pendidikan juga mempengaruhi dan bahkan diharapkan dapat mengarahkan perubahan yang terjadi ke arah yang positif. Salah satu perubahan besar yang terjadi dalam beberapa dasa warsa terakhir ini adalah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dengan kemajuan TIK, maka terjadilah era globalisasi yang merambah aspek sosial budaya, politik, ekonomi, dan pendidikan. Masuknya TIK telah mengubah pola-pola komunikasi dan distribusi informasi tanpa batas wilayah, negara atau waktu.
Penulisan paper ini bertujuan untuk mendiskripsikan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Penulisan paper ini difokuskan pada: (a) komponen-komponen yang   harus   disiapkan   untuk   menerapkan pembelajaran berbasis TIK, (b) fungsi TIK dalam kegiatan pembelajaran,(c) manfaat TIK dalam proses pembelajaran.
Dalam penulisan ini penulis menggunakan beberapa metode yang relevan dengan tema kajian diatas, antara lain metode diskriptif. Dalam  menggali sumber konsep dan bahan-bahan yang dibutuhkan, penulis menggunakan pendekatan study pustaka, yaitu dengan menghimpun informasi bacaan dari buku-buku dan internet. Data yang diperoleh  berupa data kualitatif yang sifatnya tekstual dan konstektual.

Kata kunci : Pembelajaran, Teknologi, Informasi, Komunikasi  











1

Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi


Pendahuluan

Permasalahan pendidikan yang mencuat saat ini, meliputi pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, peningkatan mutu atau kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Permasalahan serius yang masih dirasakan oleh pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi adalah masalah kualitas. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan ini adalah melalui pendekatan teknologi pendidikan. Ada tiga prinsip dasar dalam teknologi pendidikan sebagai acuan dalam pengembangan dan pemanfaatannya, yaitu pendekatan sistem, berorientasi pada siswa, dan pemanfaatan pada sumber belajar (Sadiman, 1984). Prinsip pendekatan sistem berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran perlu didisain atau dirancang dengan menggunakan pendekatan sistem. Dalam merancang pembelajaran diperlukan langkah-langkah prosedural meliputi: identifikasi masalah, analisis keadaan, identifikasi tujuan, pengelolaan pembelajaran, penetapan metode, penetapan media, dan evaluasi pembelajar-an (IDI model, 1989). Prinsip berorientasi pada siswa berarti bahwa dalam pembelajaran hendaknya memusatkan perhatiannya pada peserta didik dengan memperhatikan karakteristik, minat, potensi dari siswa. Prinsip pemanfaatan sumber belajar berarti dalam pembelajaran, siswa hendaknya dapat memanfaatkan sumber belajar untuk mengakses pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya. Satu hal lagi bahwa teknologi pendidikan adalah satu bidang yang menekankan pada aspek belajar siswa.
Teknologi dalam pembelajaran diartikan sebagai mekanisme untuk mendistribusikan pesan, termasuk sistem pos, siaran radio dan televisi, telepon, satelit dan jaringan komputer. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran mengarah pada penggunaan internet atau jaringan komputer. Pada umumnya yang dimaksud dengan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran ialah penggunaan internet untuk pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam satu kegiatan pendidikan adalah bagaimana siswa dapat belajar dengan cara mengidentifikasi, mengembangkan, mengorganisasi, serta menggunakan segala macam sumber belajar. Upaya pemecahan masalah dalam pendekatan teknologi pendidikan adalah dengan mendayagunakan sumber belajar. Hal ini ditandai dengan pengubahan istilah dari teknologi pendidikan menjadi teknologi pembelajaran. Dalam definisi teknologi pembelajaran dinyatakan bahwa teknologi pendidikan adalah teori dan praktik dalam hal rancangan, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi terhadap sumber dan proses untuk belajar (Barbara, 1994).
Teknologi dalam pembelajaran telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru dan siswa baik di kelas maupun di luar kelas sehingga teknologi dalam pembelajaran diartikan sebagai media untuk mendistribusikan pesan, termasuk sistem pos, siaran radio, televisi, telepon, satelit dan jaringan komputer. Dengan demikian teknologi yang secara langsung relevan dengan pembelajaran adalah disesuaikan dengan makna pembelajaran itu sendiri. Ase Suherlan (2000: 48) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis teknologi pada hakikatnya merupakan komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik di antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dan lingkungan belajar dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Dari makna pembelajaran di atas terdapat makna inti bahwa pembelajaran harus mengandung unsur komunikasi dan Informasi.
Mendayagunakan teknologi komunikasi dan informasi di sekolah adalah salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Berbagai penelitian baik di dalam maupun di luar negeri menunjukkan bahwa pemanfaatan bahan ajar yang dikemas dalam bentuk media berbasis ICT dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Bersamaan dengan itu, pada generasi e–learning ini, kesadaran masyarakat akan proses belajar mengajar dengan menggunakan media ICT akan semakin besar. Berangkat dari keadaan tersebut, saat ini juga merupakan waktu yang tepat untuk merangsang   masyarakat   agar   mulai   menggunakan   teknologi   dalam   upaya pengembangan sumber daya manusia. Namun demikian, media pembelajaran berbasis ICT dan pemanfaatanya berupa e–learning masih belum banyak dikembangkan dan dimanfaatkan di Indonesia. Oleh karena   itu,   perlu   ditumbuhkan   kesadaran   masyarakat   untuk   lebih   memberi perhatian pada peningkatan kuantitas dan kualitas media pembelajaran berbasis ICT dan pemanfaatannya di Indonesia.

Komponen yang Dibutuhkan

Komponen-komponen yang   harus   disiapkan   untuk   menerapkan pembelajaran berbasis TIK yaitu: 1) Infrastruktur, 2) SDM, dan 3) Konten dan aplikasi.

1.    Infrastruktur
Pengembangan infrastruktur  ICT pada lingkungan pendidikan di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1995, juga tumbuhnya ICT Center disetiap kabupaten/kota sejak   tahun   2000,   namun   terlihat   semakin   pesat   sejak   tahun   2006   dengan dikembangkannya Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas). Jejaring  pendidikan   nasional   adalah   Wide   Area   Network   (WAN)   yang menghubungkan   seluruh   kantor   dinas   pendidikan   propinsi,   kabupaten/kota, sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Jejaring ini dibuat untuk memperlancar dan mengoptimalkan arus komunikasi, data dan informasi antar pelaksana pendidikan, sehingga data dan informasi menjadi lebih optimal, lancar, transparan, efektif dan efisien.
Secara umum, Jardiknas dapat dibagi menjadi 3 zona, yaitu: a) Zona Kantor Dinas Pendidikan / Institusi, b) Zona Perguruan Tinggi, dan c) Zona Sekolah.
a.    Zona Kantor Dinas Pendidikan / Institusi
Zona   ini  menghubungkan  kantor-kantor   dinas   pendidikan   propinsi, kabupaten/kota, PPPG, LPMP, Balai Bahasa, SKB dan institusi pendidikan lainnya. Jaringan pada zona ini diprioritaskan untuk implementasi transaksi on line Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pendidikan.
b.    Zona Perguruan Tinggi (Inherent)
Zona ini menghubungkan perguruan tinggi yang ada pada 33 propinsi, dan disebut juga dengan Inherent (Indonesia Higher Education Network) Jaringan   ini   diprioritaskan   untuk   pelaksanaan   riset   dan   pengembangan perguruan tinggi, sehingga menggunakan bandwidth yang cukup besar.
c.    Zona Sekolah
Zona ini akan dikembangkan pada tahun 2007 dan menghubungkan 6500 sekolah dengan menggunakan teknologi ADSL. Zona ini dikembangkan dalam area yang terbatas oleh kemampuan layanan ADSL yang dapat dicapai oleh PT Telkom

2. Sumber Daya Manusia
Pengembangan SDM juga dilakukan Depdiknas sejak dilakukan sosialisasi tentang Internet   pada   tahun   1999.   Sejak   saat   itu   banyak   pelatihan  ICT,  antara   lain: Pelatihan   Internet,   SMK   TI,   Networking,   Pelatihan   Multimedia,   Ketrampilan kompter dan Pengelolaan Informasi, hingga Java Education National Network, serta pelatihan Jardiknas. Selain   pelatihan,   juga   banyak   disiapkan   pendidikan   formal   untuk   peningkatan kompetensi guru, diantaranya : S2 Magister TI Terapan, D4 TI, S2 Game Teknologi , D3 TKJ dll.
Jardiknas adalah jejaring besar di Indonesia yang diakui oleh Dewan ICT Nasional sebagai salah satu dari 7 Flagship ICT Nasional. Untuk mendukung peran Jardiknas sebagai super highway bagi e-Learning dan e-Administration Pendidikan Nasional, maka kebutuhan SDM yang cakap dan kreatif dalam mengembangkan bahan-bahan ajar berbasis ICT dan memutakhirkan Data Pokok Pendidikan dari titik-titik sekolah (SchoolNet) ke titik Pusat di Depdiknas Jakarta. Untuk itulah Biro PKLN memandang penting  diselenggarakannya  program  Pelatihan Program berbasis  ICT  ini untuk mengenalkan  Jardiknas   kepada   Kepala,   Guru,   Tata   Usaha,   dan   Pustakawan Sekolah/Madrasah yang diharapkan dapat memenuhi kapasitas content e-Learning dan   e-Administration   serta  kesinambungan   Jejaring   Pendidikan   Nasional (Jardiknas).

3. Konten dan Aplikasi E-learning

a.  Internet sebagai Media Pengajaran
Pemanfaatan   internet   dalam   dunia   pengajaran   akan   membantu   dunia pengajaran meningkatkan kuantitas peserta didik.  Akan semakin banyak peserta didik yang dapat direngkuh melalui internet. Selain peningkatan kuantitas, hal yang sama pun berlaku pada sisi kualitas. Seperti disinggung diatas, peningkatan kuantitas peserta didik dapat mendegradasi kualitas pengajaran yang diperolehnya. Pengadaan   teknologi   internet,  dapat   menjadi   salah   satu   antisipator   terhadap kemungkinan tersebut.
Titik  sentral pengajaran adalah hubungan  antara pengajar  dan peserta didik.  Pada metode pengajaran konvensional,  hubungan antara pengajar dengan peserta didik sangat erat,  yang erat ini melibatkan fitrah manusia sebagai manusia yang   butuh   sentuhan   perasaan   (empati)  dari   pengajar     dalam   transfer pengetahuan. Oleh karena itu kualitas pengajaran konvensional dikenal sangat baik dan  mampu  menghasilkan  manusia  yang  bukan  hanya  pandai,  melainkan  juga terdidik. Sistem pengajaran semacam itu memang sangat baik. Akan tetapi haruskah kita tetap bertahan pada pola lama tanpa melibatkan teknologi di dalamnya?
Teknologi internet mengemuka sebagai media yang multirupa. Komunikasi melalui internet bisa dilakukan secara interpersonal (misalnya e-mail dan chatting) atau secara massa,    dikenal  one to many communition  (misalnya  mailing list). Internet juga mampu hadir secara  real time audio visual  seperti pada metode konvensional dengan adanya aplikasi teleconference.
Berdasarkan hal tersebut maka internet sebagai media pengajaran mampu mengadakan karakteristik  yang khas,  yaitu (1)  sebagai media interpersonal dan massa; (2) bersifat interaktif; (3) memungkinkan komunikasi secara sinkron maupun ansinkron   (tunda).  Karakteristik   ini   memungkinkan   peserta   didik   melakukan komunikasi dengan sumber ilmu secara lebih luas jika dibandingkan dengan hanya menggunakan media konfensional.
TI menunjang peserta didik yang mengalami keterbatasan ruang dan waktu untuk tetap bisa menikmati pengajaran.  Metode  talk and chalk,  nyantri,  usrah dapat dimodifikasi dalam bentuk komunikasi melalui e-mail, (mailing list). Metode ini mampu menghilangkan gap antara pakar dan peserta didiknya.  Suasana yang hangat dan nonformal pada mailing list ternyata menjadi cara pembelajaran yang efektif seperti peda metode usrah.
Berdasarkan   uraian   diatas,  bisa   dikatakan   bahwa   internet   bukanlah pengganti sistim pengajaran.  Kehadiran internet lebih bersifat suprementer dan pelengkap.  Metode konvensional tetap diperlukan,  hanya saja bisa dimodifikasi kebentuk   lain.  Metode  talk   and   chalk  mengalami   modifikasi   menjadi  online conference.  Metode   nyantri   dan   usrah   mengalami   modifikasi   menjadi   diskusi melalui mailling list.
b.  Web Portal Belajar dan Distance Learning
Tahap awal pemanfaatan internet dalam pengajaran berbentuk model Web Portal Belajar. Model ini menggunakan internet sebagai penunjang peningkatan kegiatan belajar mengajar dikelas. Jadi,  peningkatan kualitas pengajaran masih sangat mengutamakan tatap muka dikelas. Model  Web Portal Belajar  menjadikan internet sebagai penyedia sumber belajar yang bisa diakses secara online. Internet juga menjadi sarana bagi peserta didik untuk meningkatkan komunikasi,  baik sesama peserta didik, peserta didik dengan pengajar, atau peserta didik dengan kelompok   lain   diluar   institusi   sekolah.  Model   ini   meningkatkatkan   kualitas pengajaran yang diberikan diruang kelas karena terdapat pengayaan materi, baik yang berasal dari kegiatan tatap muka dikelas maupun yang ada di internet. Apabila pihak institusi pengajaran telah mampu menerapkan model  Web Portal Belajar  maka institusi bisa mengembangkan ke tahap selanjutnya yang disebut pembelajaran jarak jauh / distance learning, pengajar dan peserta didik terpisah oleh waktu dan ruang.Walau demikian, diskusi masih bisa dilaksanakan, baik   secara   sinkron   maupun   asinkron.  Seluruh   kegiatan   pengajaran   dilakukan melalui internet sehingga kegiatan  tatap muka secara fisik tidak diperlukan. Dalam distance learning,  internet bukan hanya berperan sebagai pendukung kegiatan pengajaran,melainkan juga faktor utama yang menentukan jalannya pengajaran. Bagaimana tidak ?  Tanpa koneksi internet maka pengajaran tidak akan dapat berjalan.

c.  Aplikasi Internet untuk eLearning
Internet menyediakan banyak kemudahan bagi dunia pengajaran. Sebenarnya, suatu institusi yang akan mengadakan pengajaran  online tidak perlu susah-susah membangun perangkat lunak untuk e-learning yang dibutuhkannya. Telah tersedia berbagai pilihan aplikasi yang bisa dimanfaatkan demi memperlancar jalannya proses pengajaran. Pilihan aplikasi yang tersedia sangat beragam, mulai yang gratis (di bawah open source project) hingga komersial (dibawah vendor tertentu). Ketika memutuskan utuk menerapkan distance learning, yang harus dilakukan pertama   kali   adalah   memahami   model   CAL+CAT   (Computer   Assisted Learning+Computer   Assisted   Teaching)   yang   akan   diterapkan.   Beberapa   model CAL+CAT, diantaranya adalah :
1.    Learning Management System (LMS)
LMS merupakan kendaraan utama dalam proses pengajaran dan pembelajaran.  Kumpulan perangkat lunak yang ada didesain untuk pengaturan pada tingkat individu, ruang kuliah, dan institusi. Karakter utama LMS adalah pengguna yang merupakan pengajar dan peserta didik, dan keduanya  harus terkoneksi dengan internet untuk menggunakan aplikasi ini.
2.  Computer Based Training (CBT) / Course Authoting Package (CAP). CBT adalah perangkat lunak online untuk proses pembelajaran secara local pada masing-masing computer peserta didik. Perangkat lunak ini juga bisa diterapkan secara online. Kebanyakan pengguna menggunakannya secara offline karena faktor bandwith  yang dibutuhkan CBT untuk memproses  large video. CAP adalah perangkat lunak untuk mengembangkan lunak CBT.
3.  Virtual   Laboratory
ViLAB  adalah   lingkungan   dimana   peserta   didik   dapat memperoleh   pengalaman  praktis   secara   maya/virtual  .  ViLAB  umumnya dipasang secara offline pada masing-masing komputer peserta didik, namun sat ini sudah banyak aplikasi online.


Fungsi TIK dalam Pembelajaran

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memiliki dua fungsi utama yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu meliputi: 1) Teknologi berfungsi sebagai alat (tool), yaitu alat bantu bagi pengguna (user) atau siswa untuk membantu pembelajaran, misalnya dalam mengolah kata, mengolah angka, membuat unsur grafis, membuat data base, membuat program administratif untuk siswa, guru, dan staf, data kepegawaian, keuangan, dan sebagainya, 2) Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan (science). Dalam hal ini teknologi sebagai bagian dari disiplin ilmu yang harus dikuasai oleh siswa, misalnya dalam pembelajaran di sekolah sesuai kurikulum 2006 terdapat mata pelajaran TIK sebagai ilmu pengetahuan yang harus dikuasai siswa semua kompetensinya.

Manfaat TIK dalam Pembelajaran

Menurut pemanfaatannya, TIK di dalam pendidikan dapat dikategorisasikan menjadi 4 (empat) kelompok manfaat.
1.  TIK sebagai Gudang Ilmu Pengetahuan
Dalam kelompok ini TIK dimanfaatkan sebagai sebagai Referensi Ilmu Pengetahuan Terkini, Manajemen Pengetahuan, Jaringan Pakar Beragam Bidang Ilmu, Jaringan Antar Institusi Pendidikan, Pusat Pengembangan Materi Ajar, Wahana Pengembangan Kurikulum, dan Komunitas Perbandingan Standar Kompetensi.
2.  TIK sebagai Alat bantu Pembelajaran
Dalam dalam kelompok ini sekurang-kurangnya ada 3 fungsi TIK yang dapat dimanfaatkan sehari-hari di dalam proses belajar-mengajar, yaitu (1) TIK sebagai alat bantu guru yang meliputi: Animasi Peristiwa, Alat Uji Siswa, Sumber Referensi Ajar, Evaluasi Kinerja Siswa, Simulasi Kasus, Alat Peraga Visual, dan Media Komunikasi Antar Guru. Kemudian (2) TIK sebagai Alat Bantu Interaksi Guru-Siswa yang meliputi: Komunikasi Guru-Siswa, Kolaborasi Kelompok Studi, dan Manajemen Kelas Terpadu. Sedangkan (3) TIK sebagai Alat Bantu Siswa meliputi: Buku Interaktif , Belajar Mandiri, Latihan Soal, Media Illustrasi, Simulasi Pelajaran, Alat Karya Siswa, dan media Komunikasi Antar Siswa.
3.  TIK sebagai Fasilitas Pembelajaran
Dalam dalam kelompok ini TIK dapat dimanfaatkan sebagai: Perpustakaan Elektronik, Kelas Virtual, Aplikasi Multimedia, Kelas Teater Multimedia, Kelas Jarak Jauh, Papan Elektronik Sekolah, Alat Ajar Multi-Intelejensia, Pojok Internet, dan Komunikasi Kolaborasi Kooperasi (Intranet Sekolah). dan
4.  TIK sebagai Infrastruktur Pembelajaran
Dalam dalam kelompok ini TIK kita temukan dukungan teknis dan aplikatif untuk pembelajaran – baik dalam skala menengah maupun luas – yang meliputi: Ragam Teknologi Kanal Distribusi, Ragam Aplikasi dan Perangkat Lunak, Bahasa Pemrograman, Sistem Basis Data, Komputer Personal, Alat-Alat Digital, Sistem Operasi, Sistem Jaringan dan Komunikasi Data, dan Infrastruktur Teknologi Informasi (Media Transmisi). Berangkat dari optimalisasi pemanfaatan TIK untuk pembelajaran tersebut kita berharap hal ini akan memberi sumbangsih besar dalam peningkatan kualitas SDM Indonesia yang cerdas dan kompetitif melalui pembangunan masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society). Masyarakat yang tangguh karena memiliki kecakapan: (1) ICT and media literacy skills), (2) critical thinking skills, (3) problem-solving skills, (4) effective communication skills, dan (5) collaborative skills yang diperlukan untuk mengatasi setiap permasalahan dan tantangan hidupnya.



Kesimpulan

1. Infrastruktur serta penyiapan SDM dalam bidang TIK untuk dunia pendidikan Indonesia   sudah   cukup   berkembang,   maka   selanjutnya   upaya   untuk memperkaya konten adalah sangat penting.
2. Beberapa   model   pembelajaran  berbasis  TIK  adalah  dengan  Learning Management Siystem (LMS), Computer Base Training (CBT), Virtual Laboratory (Vilab).
3. Ada beberapa tools, serta aplikasi untuk penerapan pembelajaran berbasis ICT, antara   lain  :  eMail,   Mailing   List/Forum,   Web Portal  Pembelajaran,   Digital Library, Video on demand, Wikipedia, Blog, Mobile learning.

Daftar Pustaka


eLearning For Education, Multimedia University.

Digital Library, http://digilib.itb.ac.id, 2007

Gatot HP dkk,  Jejaring Pendidikan Nasional, Biro Perencanan dan Kerjasama Luar Negeri, Depdiknas, Jakarta, 2007.

Kukuh Setyo Prakorso,  Membangun eLearning dengan Moodle, Penerbit Andi Yogyakarta, 2005


http://media.diknas.go.id/media/document/4794.pdf